Pengertian Mangrove
Mangrove adalah pohon atau perdu yang
tumbuh dipantai diantara batas-batas permukaan air pasang tertinggi dan sedikit
diatas rata-rata permukaan air laut (Hardjosentono, 1978), selanjutnya
Direktorat Jenderal Kehutanan mendefinisikan hutan mangrove lebih spesifik
lagi, yaitu tumbuhan yang berkembang di daerah tropika dan subtropika pantai
diantara batas-batas permukaan air pasang dan sedikit diatas rata-rata dari
permukaan air laut (Direktorat Jenderal Kehutanan Departemen Pertanian, 1982).
Hutan mangrove adalah suatu formasi
hutan yang dipengaruhi pasang surut air laut, dengan keadaan tanah yang
anaerobik. Walaupun keberadaan hutan itu tidak tergantung pada iklim, tetapi
umumnya hutan mangrove tumbuh dengan baik didaerah pesisir yang terlindung,
seperti delta dan estuaria (LH, DEPHUT, LIPI, dan Yayasan Mangrove 1993).
Batasan umum pengertian hutan mangrove
adalah hutan terutama tumbuh pada tanah aluvial didaerah pantai dan sekitar
muara sungai yang dipengaruhi pasang surut air laut, dan dicirikan oleh jenis-jenis
pohon : Avicennia, Sonneratia, Rhizophora, Bruguiera, Ceriops, Aegiceras,
Scyphyphora dan Nypa (Soerianegara, 1993).
Ekosistem Mangrove merupakan ekosistem
utama penyusun ekosistem wilayah pesisir. Hutan mangrove adalah formasi
tumbuhan litoral yang kerakteristik terdapat didaerah tropika dan sub tropika ,
terhampar disepanjang pesisir (Manan, 1986). Menurut Nybakken (1988) , sebutan
mangrove atau bakau ditujukan untuk semua individu tumbuhan, sedangkan mangal
ditujukan bagi seluruh komunitas atau asosiasi yang didominasi oleh tumbuhan
ini.
Kondisi fisik yang jelas nampak di
daerah mangrove adalah gerakan air yang minim. Adanya gerakan air yang minim mengakibatkan
partikel-partikel sedimen yang halus sampai di daerah mangrove cenderung
mengendap dan mengumpul didasar berupa lumpur halus. Hasilnya berupa lapisan
lumpur yang menjadi dasar (substrat) hutan . Sirkulasi air dalam dasar
(substrat) yang sangat minimal, ditambah dengan banyaknya bahan organik dan bakteri
penyebab kandungan oksigen didalam dasar juga sangat minim, bahkan mungkin
tidak terdapat oksigen sama sekali
di dalam substrat (Kusmana, 1997).
Gerakan yang minim dalam hutan mangrove
bertambah lebih kecil lagi oleh pohon-pohon mangrove. Hal ini dikarenakan
terdapat jenis-jenis mangrove yang mempunyai sistem perakaran yang khas berupa
akar-akar penyangga yang memanjang ke bawah dari batang pohon. Jumlah akar yang
demikian banyak dan padat didalam hutan mangrove sangat menghambat gerakan air.
Kondisi ini mengakibatkan partikel-partikel akan mengendap disekeliling akar
mangrove. Sekali mengendap, sedimen biasanya tidak dialirkan lagi oleh gerakan
air dalam hutan mangrove. Dengan cara inilah terjadi “tanah timbul“ di pinggir
laut yang berbatasan dengan hutan mangrove, Selanjutnya tanah timbul tersebut
dikolonosasi oleh hutan mangrove. Jadi pada kondisi alam tertentu, hutan
mangrove dapat menciptakan tanah baru dipinggir laut (Pariyono, 2006).
Faktor lain yang perlu diperhatikan
adalah pasang surut air laut. Pada waktu air pasang , melalui arus pasang
masuklah air laut dan menyebabkan meningkatnya salinitas air hutan mangrove.
Pada waktu air surut melalui arus surut, air dalam hutan mangrove mengalir
keluar dan mengalirnya air tawar melalui air permukaan dan menurunkan salinitas
air dalam hutan mangrove. Dengan perkataan lain pasang surutnya air dari hutan
mangrove, tetapi juga mengakibatkan berfluktuasinya salinitas air di dalam
hutan mangrove. Pada keadaan demikian dimana fluktuasi alami ini jelas dapat
ditoleransi oleh pohon-pohon mangrove asal salinitasnya tidak melebihi ambang
batas yang diperlukan untuk pertumbuhan pohon-pohon mangrove (Irmadi, 2004).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar